Sumber : Freepik |
Waktu tulisan ini dibuat, saya masih gak tahu harus ngasih judul apa.
Ini bukan cerita tentang travelling. Bukan tentang
perjalanan menuju puncak yang biasa saya ceritakan sambil tersipu mengingat
setiap perjuangannya. Bukan pula tentang penginapan dengan budget termurah yang
dapat kalian jajal di kota lainnya.
Saya membuka tahun ini dengan sejuta ingin dan angan.
Tidak terhitung panjangnya list kota yang ingin saya datangi
di sepanjang tahun ini.
Terlihat beberapa gunung tertinggi di Indonesia pun masuk
menjadi tanah yang akan saya jajal.
Jangan lupakan laut yang indahnya ada di Timur Indonesia
sana, itu sudah masuk list.
Begitu kalender perusahaan tempat saya bekerja dibagikan,
saya langsung sibuk melingkari setiap tanggal merah hingga long weekend untuk
saya mengantur perjalanan sambal melihat promo tiket yang ada.
Sebaik-baiknya manusia berencana, Tuhan juga yang berkehendak.
Dashyat nih kata-kata. Saya langsung dijatuhkan tepat di
bulan ketiga tidak lama setelah 2020 mulai bergulir. Semua rencana yang saya
doakan dengan sungguh dilibas habis dengan kekecewaan yang hanya bisa saya
telan pahit-pahit.
Kacau-balau.
Bukan cuma rencana saya yang dibumihanguskan. Kehidupan
(normal) saya pun ikut-ikutan diambil alih.
Apa itu nonton ke bioskop? Apa itu ngopi di kafe sambil
ghibah? Apa itu nulis di kafe sambil numpang wifi? Tidak ada lagi.
Rasanya itu kaya semua yang dimiliki dicabut paksa. Kaget.
Tak terbiasa. Murka.
Semua orang bilang this is a new normal.
Normal dengan standar apa dan siapa ya?
Dengan diri kita yang patah hati karena segala rencana
dibubar-jalankan semesta atau dengan standar dunia yang dipaksa menelan segala
yang ada di tengah pandemic ini.
Untuk seorang ekstrovert seperti saya, dipaksa berdiam dalam
rumah menghabiskan energi melakukan banyak hal namun tidak bisa mengembalikan
energi itu Kembali lewat hiruk pikuk keramaian di luar sana, saya merasa ada
sisi diri saya yang ikut hilang, atau mungkin menyesuaikan.
Tahukan manusia adalah makhluk yang sangat cepat
beradaptasi dengan keadaan-keadaan yang muncul. Jadi saya sebagai manusia juga
pelan pelan menyesuaikan diri dengan “normal” yang baru ini.
Ketimbang harus marah dan terus terusan tertekan membaca
berita sampai sakit kepala. Saya memutuskan melihat apa-apa yang ada disekitar
saya. Hal kecil apapun yang membuat saya menjadi lebih bersyukur. Akhirnya
ketimbang melihat dari sudut pandang luas, saya mengerucutkan jarak pandang
saya terhadap bumi dan seisinya.
Saya masih memiliki orang tua lengkap dengan kondisi yang Puji Tuhan, tidak
pernah kekurangan walau tidak juga dibanjiri kemewahan. Pekerjaan saya masih
terus berjalan normal di tengah wabah. Gaji yang saya terima masih di nominal
biasa, tanpa potongan. Saya melihat banyak sekali pergerakan kebaikan yang ada
di setiap media sosial yang saya miliki. Mendorong saya juga tidak mau berdiam
diri dan ikut menebar kebaikan, dengan cara sekecil apapun yang mampu saya lakukan
Kebiasaan Baru – begitu menurut para ahli.
NEW NORMAL – dua kata ini yang diperkenalkan kepada kita.
Tetapi saya memaknainya sebagai: perubahan untuk kehidupan.
Menjaga Kesehatan, peduli akan lingkungan, saling membahu
memberi pertolongan serta tidak lupa saling menguatkan. Walau banyak mimpi
dipatahkan, saya tetap ingin mengajak seluruh orang yang membaca tulisan ini.
Yuk kita berdoa sama-sama, dengan cara apapun yang masing-masing kita percaya,
wabah ini segera berlalu dan kita Kembali dapat menggapai kehidupan kita yang
sebenarnya.
AMIN PALING SERIUS!!!
sedih lihat orang2 menyalah artikan new normal dengan normal yg baru setelah pandemi :( padahal mksdnya kan berusaha normal ditengah pandemi huhuhuu banyak yg ga peduli dengan protokol kesehatan lagi
BalasHapusPandemi ini memang diluar nalar dan perkiraan umat manusia ya, tapi ya mau ga mau kita memang harus bisa beradaptasi dengan keadaan sekarang dengan patuhi protokol kesehatan
BalasHapusDan lagi2 hanya bersyukur adalah kata-kata ampuh dalam hidup ini.
BalasHapusNew normal ini mau ga mau suka ga suka tetep harus dijalani ya. Bagaimana aku lebih produktif lagi ketika di rumah aja dan apa yang harus aku lakukan untuk menciptakan dan menghasilkan uang saat new normal ini?
New Normal, walaupun udah di ijinkan buat ke luar rumah, tetep wajib banget mematuhi protokol kesehatan donk yaa, kemaren pas ke luar ada beberapa orang yang nggak pake masker huhuhu
BalasHapusNer Norman? haha normal maksud saya..aku pernah baca joke receh ttg plesetan new normal..wkwkw krn udh terlalu mumet baca brita ttg covid
BalasHapusKelaziman baru..dg segala definisinya menurut sudut pandang masing2..namun buatku berarti satu hal : upaya beradaptasi dengan kondisi saat ini ☺️
BalasHapusSaya masih suka sebel aja sama yang ignorant. Padahal selama vaksin belum ada, satu-satunya cara ya dengan patuh protokol kesehatan. Kalau enggak kapan mau selesainya
BalasHapusSama nih mba banyak rencana2 indah saya di tahun ini untuk jalan2 terpaksa buyar dah karena covid tapi hikmah nya jadi pengeluaran lebih irit dan lebih aware sama kesehatan diri
BalasHapusBerpelukaaaaannnnn! Memang berat banget si Mbak, situasi yang dibilang orang normal yang baru ini. Bahkan sebagai introvert yang memang anak rumahan, stay at home berbulan-bulan seperti ini juga terasa menantang. Tapi yakin, di setiap kesulitan ada kemudahan ya Mbak.... Semangaaaattt!!!!
BalasHapusDitulis saat bulan Mei sekarang sudah akhir Agustus sudah semakin terbiasa dong yah...hehe...Alhamdulillah sdh pada titik accepted. Kalau aku dari awal sdh lgs pada tahap itu sih karena aku mah orang rumahan hehe...
BalasHapusTetap semangat sama kondisi saat ini, apalagi banyak rencana yang sudah dibangun. Memang banyak orang yang tidak patuh dengan protokol kesehatan tapi di atas semua itu kita harus berbeda ya mbak.
BalasHapusBanyak yang salah tanggap soal new normal ini. Dengan santuynya kemana-mana tanpa masker bahkan berkumpul dan berdekatan dalam jangka waktu lama, Semoga new normal ini betul-betul disikapi dengan bijak
BalasHapusKalau yang aku pernah baca sih, new normal berarti menerapkan kebiasaan baru, seeprti pakai masker,rajin cuci tangan,menerapkan protokol kesehatan dan menjaga jarak jika di tempat umum
BalasHapusAlhamdulillah,
BalasHapusUda jadi blogpost padahal awalnya tenggelam dalam puluhan draft, ehhehe...
Hidup New Normal memang terhitung baru yaa...semoga kebiasaan baik ini terus dilakukan hingga pandemi berakhir.
Gapapa kok tulisan lama diposting, sebagai pengingat kita juga kan yaaa.. Masih banyak yang jauh lebih terpuruk di luar sana. Yang nafkahnya tiba-tiba harus terhenti dan tak ada persiapan lainnya. Semoga saja kondisi pandemi ini segera berakhir ya agar semua orang kembali bisa beraktivitas normal, bukan sekadar new normal kayak sekarang.
BalasHapusSamaan, Mbak. Banyak list di tahun uni yang dibubar-jalankan. Sampai rencana foto baby yang sudah aku agendakan saja terpaksa batal karena wabah corona.
BalasHapusNew normal rasa normal. Karena ya emang situasi masyarakat di luar sana bikin gelenggeleng. Gak bisa disalahkan juga sih, toh yang bikin regulasi di atas aja masih pada galau gak tegas. Heuheuehu. Ku tak tahu harus ngomong apa, cuss jaga keluarga masingmasing aja deh sekarang...
BalasHapusMau nggak mau, kuta kudu kembali normal dgn cara yang baru. Sulit mmg ya untuk beradaptasi, krn keadaan nggak setenang dulu.
BalasHapusnew normal kadang gak sepakat, karena ketika PSBB pun banyak dilingkungan yang tidak menjalankan, pas new normal bukan melandai malah menambah, apalagi sekarang banyak yg salah artikan 2 kata itu hiksss
BalasHapus