fPtFh9MOYDYCIXsMqZnULjYeLRvmL6GtPeki3xPR

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Pengikut

Gunung Kerinci dan Segenggam Mimpi, 3.805 mdpl (Bagian II)

Baca perjalanan sebelumnya di sini


SHELTER 1

Perjalanan dari Pos 3 menuju Shelter 1 benar-benar menghabiskan tenaga. Kami memang memutuskan untuk ngecamp di Shelter 1 mengingat fisik semua anggota tim sudah sangat kelelahan. Jalur dari Pos 3 dan Shelter 1 juga gak kalah gila. Kadang benar-benar harus memanjat, menarik akar kayu, bersandar di pohon besar, dan berpegangan pada dahan. Gak main-main emang perjalanan dengan membawa beban berat di pundak itu. Beberapa kali Rama (kekasih gue #tsahhh) mengajukan diri untuk membawakan carrier, yang tentu saja langsung gue tolak. Tas dia aja udah berat banget karena bawa tenda, masa gue harus nyusahin pake tas gue lagi. Terus ini adalah pengalaman pertama dia naik gunung. Dia belum ada ngeluh sih, tapi mukanya udah keliatan cape banget, kan kasiaaaannnnn :((

Kasian banget ga sih ini anak orang :))

Hari semakin gelap. Target perjalanan yang seharusnya kami sampai di jam 5 sore, mundur. Sampai jam enam sore, kami berempat belum sampai juga di shelter 1. Udah mau nangis karena capek banget. Tapi ngeliat temen-temen gue juga pada kuat, itu menguatkan hati gue. Jangan lemah. Jangan lemah. Jangan lemah. Mantra gue dalam hati. Kami sempet mikir kamilah rombongan terakhir pendakian hari itu. Tapi ternyata gak lama muncul juga sekitar 5-6 orang di belakang kami. Gue agak bersyukur karena membayangkan kami berlima (gue, Rama, Putri, Dayat, dan Fadli) aja di hutan rimba ini agak :((

Semangat kak, bentar lagi sampe
*WALAU ITU HOAX*

Gue udah berjalan dengan keputus-asaan. Entahlah di mana itu Shelter 1. Daritadi gak sampe sampe juga. Hujan juga kaya lagi konspirasi gak berhenti turun dari tadi. Tampilan gue yang dari basecamp keren banget itu udah gak berbentuk lagi. Udah basah. Penuh lumpur. HUAAAA :(

Jam setengah tujuh sayup-sayup terdengar suara orang berbincang-bincang dari atas sana. Gue yang udah lemes banget jadi semangat lalu berteriak kepada temen-temen gue yang di belakang. 

"SHELTER 1 DI ATAS! YUK WOI SEMANGAT!"

Sebenernya itu mah kata-katanya buat nyemangatin diri sendiri yaaa wkwkwkwk.

Setelah perjalanan panjang dan melelahkan itu. Tibalah kami di Shelter 1 dengan ketinggian 2.505 mdpl. Kami sampai saat gelap. Gak tau di mana teman-teman kami. Tenda yang baru berdiri hanya satu. Jadi kami harus bangun tenda lagi. Yang cowok-cowok langsung sigap membangun tenda untuk kami yang baru sampai. Kalau dari yang gue baca yah, Shelter 1 ini adalah tempat paling pas untuk ngecamp tapi setelah hujan sepanjang hari, tempat ini jadi benar-benar memprihatinkan. Becek di mana-mana. Jalan dikit kepleset. Haduuuuu :(

Setelah tenda berdiri, kami langsung berganti baju karena baju yang kami gunakan sebelumnya sudah basah total. Beberapa anggota tim bahkan tidak lagi memedulikan perut laparnya dan langsung tertidur. Tapi tidak dengan kami wkwkwk. Kami sempat memasak "seadanya". Setidaknya agar perut tidak terlalu kosong dan bisa tidur dengan tenang agar stamina kembali keesokan harinya. Setelah selesai makan, kami pun beristirahat.

Dan di sini gue merasa berdosa banget sama Rama. Sebagai informasi, Rama tidak pernah naik gunung sama sekali dalam hidupnya. Dan sebenarnya dia juga gak tertarik. Anak ini lebih mencintai pantai dan biota laut. Jadi ini adalah benar-benar hal yang baru untuk dia. Dan malam pertama dia di gunung, dia menggigil kedinginan. Serius gue takut banget. Kalau sampai anak ini kenapa-kenapa, gue mesti bilang apa sama orang tua dia. Pikiran gue berkecamuk yang akhirnya gue malah tersedu-sedu nangis di samping dia *IYA KAK AKUTU LEMAH HATINYA :(

Enak banget yah yg diriin tenda di situ, asik bener idupnya :((

HARI KE 3 - 30 Juni 2018

Pagi harinya kami bangun dengan badan remuk. Gue sih yang remuk, Yang lain gatau wkwkw :))
Mungkin karena hari sebelumnya lumayan banyak terjatuh dan menggunakan tenaga makanya di beberapa bagian badan terasa sakit. Setelah hari terang maka terlihatlah betapa menyedihkannya sepatu-sepatu kami. Kami kaya abis celupin kaki ke kubangan. Semuanya mengenaskan. Tidak ada satupun sepatu yang bersih :))

Mon map ini sepatu apa sampah :))

Untungnya hari ini matahari bersinar cerah dan kami semua berharap cerahnya bukan sementara kaya perasaan dia. Kami segera memasak sarapan dan bersiap-siap karena akan melanjutkan perjalanan ke Shelter 2. Katanya nih katanya, perjalanan Shelter 1 ke Shelter 2 adalah jalur terpanjang dan memakan banyak waktu. Makanya daripada terulang lagi kami yang sampai kemaleman dan kesulitan mendirikan tenda, strategi berubah. Anak-anak cowok yang bawa tenda disuruh jalan duluan biar sampe duluan dan bisa diriin tenda sebelum temen-temen yang lain sampe. Nah kan awalnya tenda kami dibawa Rama nih, tapi anak ini emang cinta banget ya ama gue *ditoyor, dia gamau jalan duluan, tenda kita akhirnya dibawain sama anak baik hati, Ikram.

Selfie dulu sebelum dibantai jalur lagi 


Perjalanan dimulai lagi...

Karena stamina yang mulai pulih dan cuaca yang cerah, perjalanan menjadi sedikit lebih menyenangkan. Kami bahkan sudah bisa saling menertawakan satu dengan yang lainnya. Tapi itu hanya sesaat gaisss! Jalur pendakian mulai curam. Sisa hujan semalam masih terlihat di jalur yang licin. Kami bahkan harus bekerja sama saling tarik menarik untuk bisa ke atas. Ditambah lagi beban tas semakin berat karena membawa baju basah.

Sok pose padahal udah berapa kali jatoh :))

Tergelincir, sering.
Terpeleset, selalu.
Jatuh, jangan ditanya sudah berapa kali.

Sok keren padahal udah keberatan wkwk
Abang ini yang selalu sabaaaaaaarrrrr mendampingi dia eeaa

Tapi kaki ini terus mantap melangkah ke depan. Kadang kalau liat batang pohon, gue bakal berlari-lari semangat hanya untuk tiduran di sana hahahaha :))

Sayang gue ama kayu yang melintang gini, Rama aja lewat :))


Gak bohong sih yang bilang jalur ini terpanjang. GAK SAMPE-SAMPE DONG KAMINYA!
Tempo perjalanan kami yang awalnya cepat mulai melambat. Apalagi sahabat gue yang dari Batam datang bulan *YHA BHAIQ*. Tentu saja itu menguras habis stamina dia. Kalau gue jadi dia sih ya gak bakal kuat. Tapi emang anaknya keras hati. Dia tetep pengen bawa tasnya sendiri. Berkali kali ditawarin untuk dibawain dia menolak. Yah gak tau diri juga kalau dibawain secara semua bawa tas wkwkw. Gue ama sahabat gue sepakat untuk satu hal: apapun yang terjadi kami bakal bawa tas kami sendiri sampai atas dan turun, gamau nyusahin orang kamitu.
Maka kami memakai jurus orang tua jaman terdahulu: "biar lambat asal selamat".

Sudah tidak teratur lagi bentuk rambut dan muka :')

Hari sudah sore dan Shelter 2 belum tampak juga di depan mata. Tim sudah terpisah-pisah. Tapi kali ini kami tidak menjadi yang paling belakang. Kami di tengah. Jalur semakin curam dihiasi batang kayu di sisi kiri dan kanan. Pepohonan juga semakin rapat sehingga hutan semakin terlihat gelap. Nah lagi-lagi ditengah keputusasaan terdengar sayup-sayup suara orang ngobrol. Gue yang paling depan optimis dong, kembali berteriak menyemangati temen-temen biar cepet sampe.

Tapi begitulah kata orang tua...
"JANGAN TERLALU BANYAK BERHARAP BIAR GA KECEWA"
Ternyata itu adalah Shelter 2 bayangan. SAKIT HATI INI RASANYA :((

Tapi ada bagusnya juga kami melihat orang-orang yang camp di sini. Kami sudah kehabisan air dan dengan tidak tau dirinya kami meminta air dari abang ganteng yang lagi nenteng 1 plastik air hhahahaha :)) Dikasih? YAIYALAHHHHHHHHHHHHHHHHH! Kenapa gue tu suka naik gunung ya karna ini, orangnya baik-baik. Coba kalian di bawah sana minta air pasti dapet kata-kata: BELI LAH BIAR TAU HARGA YEKEN *anak Batam punya cerita.

Anyway, kebaikan hati abang itu gak sampai di situ aja. Dia bahkan menawari kami untuk mampir ke tempat mereka. Saat kami akan mampir, dari atas salah satu teman kami yang tadi membawa tenda berlari-lari. Ternyata tenda kami sudah berdiri di Shelter 2. Dan jaraknya tidak terlalu jauh. Ini jelas membangkitkan semangat kami lagi. Gue dan Rama melaju. Sempat ditawari untuk dibawakan tas, kami menolak. Masih kuat kok ini. Tapi sahabat gue tertinggal di belakang. Stamina dia pasti terkuras habis akibat datang bulan. Tapi karena udah datang bantuan dari atas gue dan Rama memutuskan mencicil perjalanan sedikit demi sedikit. Setelah melewati jalur terjal beberapa kali. Gue melihat tulisan "SHELTER 2, 3.100 mdpl". 

3.100 mdpl

Sungguh ingin menangis. Belum puncak loh ini, tapi gue udah nyaris mewek. Setelah di puk-pukin sama Rama kitapun menuju tenda. Dan bener aja. Tenda udah berdiri semua. Gak lama setelah itu sahabat gue dan temen-temen yang lainpun sampai di tenda. Walaupun gak hujan, ketinggian segini membuat angin bertiup sangat kencang. Akhirnya hari yang melelahkan itu pun berakhir.

Sempet ada drama nih di Shelter 2 ini. Kami semua udah kehabisan air dan belum ada yang makan. Mungkin karena udah pada capek, gak ada satupun yang mau ngambil air. Padahal kita semua lagi kelaparan sama kehausan nih. Parah banget sih emang kalau ego udah berbicara ini yah :( Sampai jam 10 malam, semua udah masuk ke tenda masing-masing. Gue udah dehidrasi parah dan berujung sesak nafas. Butuh air banget. Udah teriak ke tenda sebelah kanan dan kiri tapi entahlah ya mereka pura-pura gak denger atau gimana, gak ada yang nyautin. Rama yang gak tega ngeliat gue kaya gitu akhirnya memutuskan untuk mencari air.

"Bodo amat sendirian ambil airnya daripada kamu kenapa-kenapa", kata dia. Coba deh gimana ga makin cinta akutu :3

Sebagai pacar yang baik gue ga mungkin dong ngebiarin dia ambil air sendirian, di hutan, gelap pula. Ntar dia ilang. Makanya gue memutuskan untuk nemenin dia. Sahabat gue yang datang bulan itu ternyata dehidrasi juga dan mutusin untuk ikut juga. Agak bahaya nih sebenernya karena dari tadi tuh dia udah sering "diganggu" (tau sendiri kan datang bulan di gunung itu adalah pantangan besar). Tapi daripada kita kehausan, terus ngarepin orang lain, yah siapa lagi yang mau diharapkan selain diri sendiri. Kami bertiga keluar tenda. Ternyata satu cewek lagi (yang juga datang bulan) di tenda sebelah memutuskan untuk ikut juga. Katanya sih ini pancingan biar cowok-cowok tuh pada tau diri gitu terus ambil air, MASA KALAH AMA CEWEK WOI!

Ternyata niat kami membawa hasil baik. Dua cowok memutuskan ikut biar yang cewek-cewek gak usah pergi. Ingin sekali gue berteriak "KENAPA GA DARI TADI SIH WOI". Tapi yaudahlah. Yang penting mereka udah peka. Jadilah mereka pergi bertiga bersama Rama. Sekitar 20 menit kemudian mereka kembali. Dan gue cukup kaget sih liat Rama penuh lumpur. Cerita punya cerita, dia kepeleset. Yaampun kasian :((

Lalu masuk ke bagian yang paling kesel nih. Tadi kan tuh ya semua orang dalam tenda kaya udah tidur kan? Ya kan? Pas air datang, mereka semua secara ajaib bangun dan keluar tenda.
Gue cuma bisa....



Akhirnya kami semua bisa masak, minum air, dan tidur nyenyak setelah drama itu.

Perencanaan summit sebenarnya adalah di jam 4 subuh. Tapi salah satu anggota tim menyarankan untuk di jam 7 pagi aja mengingat kondisi fisik teman-teman yang tidak memungkinkan. Gue dan sahabat gue udah lirik-lirikan kesal nih. Tapi kami gamau egois. Yaudahlah yang penting ntar bareng-bareng, begitu yang kami pikirkan.

TAPI OH TAPI...
Kekesalan kami semakin memuncak.
Karena saat jam 7, kami membangunkan seluruh anggota tim, dan orang yang mengusul kami untuk summit jam 7 pagi itu berkata...

"AKU GA IKUT YA"

Boleh melakukan tindakan kriminal ga sih di gunung? Hati kecil ini berkata. Ya dia enakk yah udah pernah ke sini. Lah gue ama yang lain-lain kan belom. Marilah kita menghela nafas untuk menahan emosi yang ingin tumpah ruah ini HAFT~

HARI KE 4 - 01 Juli 2018

Seperti cerita sebelumnya, rencana summit di jam 7 pagi tinggal cerita belaka. Bersiap-siap dan membangunkan anggota tim lumayan menghabiskan waktu. Gue sama Rama bahkan ga sempet sarapan karena diburu-buru pergi. Ini adalah kesalahan kami yang pertama. Muncak tanpa makan adalah sebuah kesalahan fatal yang jangan sampai diulangi lagi.

Kami mulai berjalan mengusuri jalur yang dikenal dengan "jalur setan". Awalnya bertanya-tanya sih kenapa jalur ini dinamai begini. Dan setelah gue jalani, gue mengerti. Setiap melangkah di jalur ini pengen teriak:

SETAN! SETAN! SETAN!

Hahahahahahahhahahah :))

Jalurnya itu ($&(*^&!^(*#^%*&^%*^~*%~&!~%*&%^*^$&^%&^^^^)*~(*!&^%!$

Gue ampe ga bisa loh mendeskripsikan bagaimana terjal dan menyakitkannya perjalanan dari Shelter 2 ke Shelter 3 ini. Semakin sering berhenti makin capek. Tapi kalau gak berhenti lebih capek #NAHLOH.

Tangan dan kaki bener-bener harus kerjasama di jalur ini. Beruntung banget waktu lewatin jalur ini gak bawa carrier, kalau gak bisa oleng ke belakang gue. Manjat, bertumpu pada lutut, mengulurkan tangan untuk meminta bantuan teman, adalah kegiatan yang dilakukan terus menerus. Sungguh kuingin menangis di jalur ini :((

Lagi dibantai habis-habisan sama jalurnya

Setiap menghela nafas dan memalingkan wajah pemandangan yang disuguhkan sungguh aduhai. Hamparan pemandangan sekitar gunung, langit, dan awan yang menyatu, membuat lelah ini hilang sejenak. 

CUMA SEJENAK AJA! Karna abis itu tentu harus disiksa lagi :(

Ampe dua orang lho yang bantuin wkwk

Gue gak kenal kata menyerah. Gak boleh lemah. Itu mantra yang selalu gue ucapin dari perjalanan menuju Shelter 1. Dan masih akan gue ucapin terus setiap kali badan gue manja minta disayang-sayang. Gue percaya gue kuat. Gue tau gue bisa. Dan di sini banyak teman-teman yang gak akan berhenti untuk menarik gue ke atas. Gue pasti bisa.

Komuk uda ga kontrol lagi pokoknya

Jalan terus entah sampai kapan~

biar semangat suka disuruh pose :))

Hampir 4 atau 5 jam berjalan di kejauhan mulai terlihat banyak tenda. 

AKHIRNYA!!!

SHELTER 3

Ketinggian di sini kira-kira sudah mencapai 3.291 mdpl. Dan kami kehabisan air. Lagi-lagi banyak banget orang baik hati di gunung ini. Kami kembali mendapat "asupan" air dari teman-teman yang udah mau turun. Makasih ya abang-abang :3 
Kami sampai di Shelter 3 sekitar jam 11 siang. Terlalu siang yah untuk orang yang mau summit. Tapi yawdaahhhhlaaahhhhhh, kami mencoba menikmati perjalanan yang sangat kesiangan ini.

Baru sampai di Shelter 3 aja kami udah bahagia banget :))

Mungkin karena jalurnya benar-benar berat. Jadi dari ketinggian di sini aja pemandangan udah indah banget. Dan ini adalah kesalahan kami yang ke dua. Kalau kami emang tujuannya adalah puncak seharusnya kami tidak membuang-buang waktu lebih lama di cadas agar bisa mengejar waktu sampai di puncak. Tapi juga susah yee kalo orang liat pemandangan bagus. Bentar-bentar foto. Bentar-bentar video. Kami bahkan sempat duduk-duduk bersenda gurau. Sebenarnya ini bukan tanpa alasan. Dari cadas puncak terlihat dekat. Kami terbuai dengan tipuannya.

Duduk santai dulu ama abang Rama


masih bisa selfie plus santai-santai

Puncaknya di sana. Keliatan deket?
HA HA HA HA HA :))

Susah ya jadi netizen kekinian ini, ga cape-capenya foto wkwkw.
Perlahan-lahan kami pun melanjutkan perjalanan. Beberapa kali kami bertemu dengan orang-orang yang sudah selesai summit dan mengatakan kalau sekarang terlalu bahaya untuk ke atas. Belerang sudah mulai naik. Selain itu juga kabut dan angin bertiup sangat kencang sehingga jalur menuju puncak yang berdebu mulai menyesakkan dada. Dalam hati ini sebenernya gue juga udah ga yakin sih bisa sampai di atas. Karena kondisi fisik sudah tidak memungkinkan, makanan yang kita bawa juga abis, ditambah lagi kami yang tidak sarapan sebelum berangkat, semua sudah mulai kelelahan. Dari 18 orang anggota tim, hanya kami ber-10 yang terus naik perlahan-lahan ke atas.

Gue inget banget perkataan salah satu teman, bang Dayat namanya (dia yang selalu bersama-sama gue di perjalanan kemarin),

"KITA KAN PENDAKI LAMBEK, LAMBE-LAMBEK SAMPE JO KA PUNCAK"
(Kita kan pendaki lambat, lambat-lambat sampai juga di puncak)

Jadi kita emang bener-bener berjalan dalam tempo yang lambat. Jalurnya jangan ditanya lagi. Terjal sekali! Berpasir dan penuh bebatuan. Kadang karena terlalu miring, kami harus beberapa kali berpegangan atau bertumpu pada bebatuan yang lebih besar.

Menarik nafas sebentar sebelum berjalan lagi

Kabut, angin kencang, menjadi teman selama perjalanan

Anak ini sama sekali gak pernah jauh-jauh dari gue :3

Serius ini berat banget jalurnya :(

Ada sedikit cerita mengesalkan saat kami sedang berjalan menuju puncak. 

GILA YA W KESEL GA ABIS-ABIS DI PENDAKIAN KALI INI WKWKWKWK.

Jadi sebelum terlalu jauh menuju puncak, beberapa anggota tim ada yang menyusul kami, bahkan ternyata mereka semua berangkat ke atas sini (iya yang tadinya bilang gak mau ikut itu juga akhirnya ikut -_-). Terus waktu dia ketemu kami pertanyaan yang dia lontarkan sungguh buat down,

"Kalian yakin mau sampai puncak?"

Udah.
Cuma satu kalimat itu.
Tapi bener-bener buat emosi naik ke ujung kepala.
Maksudnya ya kan kami emang tujuannya puncak.
Kalau emang menurut dia gak bisa ya mending bilang dari bawah tadi atau gak usah ngomong sama sekali deh. Bener-bener jatuhin semangat. Gue tau dia udah pernah sampai di atas sana. Gak minta dia nemenin sampe atas juga. Tapi minimal hargai perjuangan orang lain. Mohon maaf ini sekarang gue lagi mode keras kepala banget.

Begitulah kami tidak peduli dengan omongannya dan tetap melanjutkan perjalanan secara perlahan.



Ceritanya dihentikan sampai sini dulu yah.
Karena apa?
Part 3 akan benar-benar menguras emosi dan air mata
*HALAH~

Tapi serius...
Perjalanan dari Shelter 3 menuju puncak adalah hal yang tidak akan pernah gue lupain seumur hidup.
Gue bahkan sempat meregang nyawa diketinggian 3700an.

See you di part 3 velasss!


Related Posts
AmeliaSepta - LIFESTYLE AND TRAVEL BLOGGER
(masih) wanita, gampang ketawa dan bahagia, punya kemampuan bisa tidur di mana aja apalagi dalam pelukan kamu, mimpinya banyak tapi paling pengen jadi ibu untuk anak-anak kamu. Full timer - Dreamer; Part timer - Worker

Related Posts

15 komentar

  1. Total tanpa jeda bacanya.. Tarik hempas tariikkk hempas... Bacanya sambil usaha napas... Eee masih ada yang ketiga... Ditunggu yang ketiga Kak...

    BalasHapus
  2. Dia yg mendaki, kenapa gua yang tahan nafas ya.. terlalu. Hebat, salut sama semangat juangnya. Luar biasa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebelum bisa ke puncak pelaminan ke puncak gunung dulu wkwk

      Hapus
  3. Ya ampun kak, jalurnya terjal banget. Aku bayangin naik gunung bawa bocah gimana kabarnya yak...

    BalasHapus
  4. Keren ya naik gunung. Gak tau lagi sekarang apa masih kuat. Dulu sering ke gunung waktu masih SD-SMP. Btw, si rama pasti kuat-kuatin diri itu ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkwkw TENTU SAJA DIA SOK KUAT BANG! Malu ama cewek-cewek haha

      Hapus
  5. Perjalanan yang panjang... Terharu aku melihat usaha tuk sampai puncak. Kalo aku sudah pinhsap deh

    BalasHapus
  6. di bagian pas mencari air ... dapat air nya dimana kak? kok jadi penasaran eike?

    lalu yang PMS ... emang beneran diganggu ya?

    japri ya kak

    BalasHapus
  7. Aduh, aku ngebayangin perjalanan yang seperti itu udah keder duluan. Tapi satu poin yang bisa aku ambil kesimpulan memang benar ya kita bakal tahu watak asli seseorang saat safar alias saat bepergian. Karena saat safar itu ada banyak kesulitan dan kesusahan yang dihadapi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener kak! Semua sifat asli terlihat kalau lagi susah

      Hapus
  8. Aku mendaki Kerinci itu bawa air banyak banget. Biar berat tetap gak pernah lepas dari badan. Terus dari pintu rimba sampai cadas Alhamdulillah bisa tembus kurang dari 8 jam. Bukan karena kuat tapi emang karena menikmati kelelahan dan rasa capek itu sebagai bagian dari perjalanan. Hehe. Aneh sih bahasanya tapi jujur itu perjalanan ternikmat meskipun capek dan seringnya sendirian di jalur pendakian.

    BalasHapus