fPtFh9MOYDYCIXsMqZnULjYeLRvmL6GtPeki3xPR

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Pengikut

Gunung Kerinci dan Segenggam Mimpi, 3.805 mdpl


WASAP GESSS!!!

Gimana hari kalian?

Udah siapa aja yang nanya "kapan kelar skripsinya"?
Udah berapa kali ditanya "kapan nikahnya"?
Berat badan masih aman?

Jangan sedih. Kalian tidak sendiri.
*peluk satu-satu*


Anyway...
Kumau bercerita nih.
Semoga apa yang diceritakan ini bisa kalian ambil hikmahnya. Yang buruknya jangan diambil.
*HALAH

Percaya atau ga percaya biarlah semuanya kembali ke Yang Di Atas. *mengheningkan cipta*


BEGINI CERITANYA KAK!

Abis keseruan di Gunung Marapi, kaki ini gatal rasanya pengen mencicipi ketinggian lainnya. Dan hati memilih gunung berapi tertinggi se-Asia Tenggara atau yang biasa disebut "Atap Sumatera", Gunung Kerinci. Ini sebenernya pertaruhan nekat. Kenapa? Karena untuk yang newbie naik gunung, jalur Kerinci bisa dikatakan cukup ekstrim. Tapi kalian pasti taulah yakan kalau wanita sudah berkehendak, siapa yang berani bilang enggak :))

Gunung Kerinci, 3.805 mdpl
Gunung berapi tertinggi di Asia Tenggara

Awalnya perjalanan ini direncanakan di hari Lebaran ke 4. Namun mempertimbangkan temen-temen lainnya yang masih sibuk bersilahturahmi dengan sanak saudaranya maka diputuskanlah tanggal untuk ke Kerinci yakni 28 Juni 2018.

--------

HARI PERTAMA - 28 Juni 2018

Rejeki anak baik nih.
Kami dapet kursi paling depan dong wkwk
Seumur-umur naik pesawat ga pernah duduk hadep-hadepan ama pramugari :))


Gue dan sahabat, kami cuma berdua, berangkat dari Batam ke Padang menggunakan pesawat (YAIYALAH PESAWAT MASA BALING-BALING BAMBU). Kita berdua sampai di Bandara Padang kira-kira jam 11an dan langsung dijemput sama dua cowo ganteng nan baik hati (harus dipuji kalau engga ntar ngambek, biasa cowok jaman now) menggunakan pick up. Pendakian kali ini sudah kami rencanakan dari jauh hari dan ada 18 orang yang ikut. Kami akan menggunakan dua mobil, karena ada 6 perempuan yang ikut, maka semua perempuan akan naik di xenia dan tim laki-laki akan naik pick up bersama carrier sejuta umat wkwkw. 

Sebenarnya dari jauh-jauh hari kami sudah mengingatkan kepada temen-temen yang di Padang untuk mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang mulai dari anggota yang ikut serta, kendaraan yang dipakai, sampai waktu keberangkatan biar ga molor dan kami bisa ngejar pesawat pulang namanya juga fakir cuti yakan. Tapi ada aja yang buat waktu jadi ngaret. Menunggu si anulah, beli inilah, nunggu si itulah, beli anu lagi, tunggu lagi, banyak deh ceritanya sampai pada akhirnya kami berangkat jam 4 sore pffttt.

Gak semua yang ikut di pendakian ini adalah orang yang gue kenal. Beberapa justru baru kenal di sini alias temennya si temen. Jadi belum teruji juga kredibilitas kekeluargaannya, beda sama Marapi Squadkuh. Sore itu keberangkatan kami diwarnai hujan rintik-rintik dan perjalanan panjang pun dimulai.

Perjalanan dari Padang ke Kerinci membutuhkan waktu sekitar 8 jam melewati Solok. Sungguh buat pinggang dan pantat sakit, untung aja nih di sepanjang jalan pemandangannya elok nian jadi perjalanan panjang itu gak terlalu menyakitkan.

Sedikit cuplikan keindahan perjalanan ke Kerinci yang gue rekam karena bosen tidur mulu di mobil


Semakin dekat ke Kerinci suhu udarapun semakin dingin apalagi hujan gak berhenti mengiringi perjalanan kami. Kami memutuskan untuk menginap di basecamp pendaki di kaki gunung Kerinci dan sampai di sana saat hampir tengah malam. Kondisi basecamp saat kami sampai sudah cukup penuh. Tapi daripada kurang istirahat padahal besoknya harus mulai mendaki, kami memutuskan untuk tidur apa adanya. Cewek-cewek mengambil posisi bersempit-sempitan dengan orang-orang yang sudah lebih dulu tidur, sedangkan laki-laki semuanya tidur di dalam pick up wkwk :))

Basecamp di kaki gunung Kerinci

HARI KE 2 - 29 Juni 2018

Jam empat pagi gue bangun. Lumayan nyenyak tidurnya dan stamina gue mulai kembali. Pas bangun gue kaget, sebelah kiri gue cowok, sebelah kanan kaki orang. IYA KAKI! Yang untungnya adalah kakinya sahabat gue yang dari Batam itu. Coba kalo kaki orang gak gue kenal pengen gue ajak ngomong baik-baik ga tuh :))

Entah karena tidur yang terlalu nyenyak sebelumnya, gue jadi gak bisa tidur lagi. Liat kiri-kanan semua orang pada asik tidur. Suara ngorok yang bersahut-sahutan sungguhlah mewarnai subuh gue kala itu. Main hape, bosen. Tidur lagi, gak bisa. Akhirnya gue memutuskan keluar. Gelap. YAIYALAH GELAP BARU JAM EMPAT SUBUH -_-
Gue duduk, bengong. 
Puas bengong, gue samperin pick-up temen-temen. Yang ternyata merekapun sedang paduan suara di dalam sana wkwkw.
Gunung Kerinci tepat ada di depan gue. Walau gelap, kegagahannya tidak tersembunyi oleh kabut subuh itu. Cuaca juga dingin banget. Gak lama gue duduk di luar, datenglah 2 mobil yang isinya cowo semua. Akhirnya kita ngobrol ngalor ngidul, mereka dari pekanbaru  by the way. Lumayan untuk menghabiskan waktu.

Waktu terus beranjak dan matahari akhirnya malu-malu menunjukkan sinarnya di sebelah timur sana. Satu per satu temen gue bangun dan kita semua terpana dengan Kerinci. Basecamp itu kekurangan air banget. Jadi buat buang air atau sekedar membersihkan diri kita lebih memilih ke mesjid di deket basecamp.

Di kaki gunung, masih pake celana jeans :))

Semakin terang kita memutuskan untuk bersiap-siap. Mengganti baju dan melakukan packing ulang. Sebelum memulai pendakian kami juga sarapan bersama terlebih dahulu. Langit biru dan putihnya awan mengantarkan pendakian kami ke Gunung Kerinci.

Pose dulu nih :3
Langitnya biru banget kan

Masih bersih dong gue :))

awannya :3

Sebelum pendakian, semua pendaki wajib untuk melaporkan tim dan membayar uang simaksi di kaki Gunung Kerinci. Uang simaksinya sendiri cukup murah, hanya Rp 7.500 / orang. Tidak lupa kita semua berdoa agar perjalanan ini dilancarkan dan kami semua selamat pergi serta pulangnya.



KAKIPUN MULAI MELANGKAH...


Perjalanan dimulai dari sini

Pendakian dimulai jam 10an dan langsung disambut dengan jalur kebun teh. Cukup landai. Kami masih bisa bersenda gurau sepanjang perjalanan. Belajar dari perjalanan Gunung Marapi kemarin, gue bertekad untuk terus membawa carrier sendiri. Selain untuk tidak menyusahkan teman-teman lainnya, gue juga harus mulai bertanggung jawab atas barang bawaan pribadi sendiri, terus biar ga manja aja sih tasnya buat gaya-gayaan doang.

Tim Kerinci

PINTU RIMBA

Tidak sampai 30 menit kami tiba di sini. Sesampainya di sini kami menarik nafas sebentar. Punggung mulai berat. Jadi gini yah rasanya bawa tas isi 60 liter yang kemarin pas di bandara gue timbang sekitar 10 kg. Berat kakkkkkkk! Kami tidak berhenti lama di sini. Perjalanan pun dilanjutkan.

POS 1 - BANGKU PANJANG

Perjalanan dari Pintu Rimba ke Pos 1 mulai diwarnai gerimis manja. Jalur yang dilewati walau masih landai tapi penuh lumpur. Beberapa kali gue terpeleset wkwkw. Tapi ada tangan si dia yang selalu menggapai agar gue ga jatuh eeeaaaakkk! Kurang lebih 1 jam kami berjalan, tibalah kami di Pos 1 - Bangku Panjang. Di sini kami sudah ada di ketinggian 1.890 mdpl. Hujan yang turun semakin deras. Kami memutuskan untuk beristirahat sejenak karena sudah hampir tiba tengah hari. Kami masih bisa tertawa-tawa di sini, saling bercanda dan bersenda gurau dan tentu saja tidak lupa untuk berfoto karena itu adalah wajib hukumnya :))

Foto ini awalnya cuma abang yang pake baju yukensi itu sendirian
Terus kami nimbrung semua dan *CKREEKKKK*

Lumpurnya -_-

POS 2 - BATU LUMUT

Perjalanan menuju Pos 2 mulai sedikit menanjak. Tapi bukan itu masalah utamanya. Karena kami berjalan di bawah hujan, jalur menjadi dua kali lipat lebih berat. Jalanan yang becek membuat kaki semakin sulit melangkah. Beberapa kali sepatu masuk ke dalam kubangan lumpur. Belum lagi banyak pohon tumbang yang mengharuskan kami untuk memanjat. Saat tiba di sini kamipun juga beristirahat sejenak. Salah satu teman yang sudah pernah ke Kerinci mengatakan bahwa selama di pos 1-3 kami tidak boleh beristirahat terlalu lama. Mengapa? Karena ini adalah jalur Harimau Sumatera berlalu-lalang. Pos ini memiliki ketinggian 2.010 mdpl.

*blurrrrrrrrrrrrrrrrr
Pengen marah tapi yaudahlahhhh yang penting ada fotonya :))

Istirahat dulu gaisssssss

POS 3 - PONDOK PANORAMA

Gue mulai kehilangan orientasi waktu. Gak tau udah berapa lama berjalan. Karena fokus sama jalur dan beban di pundak. Hujan masih setia mengiringi langkah kami. Kami tidak lagi berjalan rombongan. Tim terpecah dan menyisakan kami berempat saja di belakang. Jalur mulai semakin terjal. Beberapa kali gue bahkan harus menarik nafas lebih lama karena sesak. Dan akhirnya sampai juga kami di sini menyusul teman-teman kami. Dengan ketinggian 2.225 mdpl dan cuaca yang semakin dingin, tim memutuskan memasak air sejenak untuk menghangatkan badan. Hari semakin sore.

Pos 3 - Pondok Panorama

Tapi tetap terlihat gelap karena awan mendung dan curah air yang tidak berhenti. Dan di sinilah salah satu anggota tim kami terkena hipo. Memang tidak disarankan untuk lama-lama duduk berdiam diri di tengah cuaca seperti ini. Dia hanya duduk diam dan tiba-tiba menggigil. Beberapa cewek lainnya akhirnya memeluknya secara bergantian agar badannya hangat. Kuncinya sih gak boleh panik yah karena semakin panik pasti semakin dingin dan menggigil. Tidak lama kemudian diapun kembali normal, thanks GOD. Kami memutuskan tidak lebih lama beristirahat. Selain karena berbahaya di sore hari, badan juga semakin menggigigil kalau masih berdiam diri. Perjalanan dilanjutkan.

Ikuti terus perjalanan menuju Atap Sumatera, di Bagian Dua

Related Posts
AmeliaSepta - LIFESTYLE AND TRAVEL BLOGGER
(masih) wanita, gampang ketawa dan bahagia, punya kemampuan bisa tidur di mana aja apalagi dalam pelukan kamu, mimpinya banyak tapi paling pengen jadi ibu untuk anak-anak kamu. Full timer - Dreamer; Part timer - Worker

Related Posts

14 komentar

  1. Capek duluan baca tulisanmu mel... rasanya aku gak bakalan mampu lah kalo medan jalannya begitu.. tapi tak tau juga ya kalo sudah disana, mungkin segala perasaan bisa diatasi... ditunggu kelanjutan ceritanya, kalo bisa jangan panjang2..capek bacanya..hahahha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahah iya nih, akhirnya aku bagi 3 part biar yg baca deg"an. Thanks masukannya kak :3

      Hapus
  2. Ga kuat kalau jalanan manjakan, naik gunung cuma mimpi bagiku. Baca ceritamu aja rasanya aku dah ikut capek.

    BalasHapus
  3. kakiku ikut pegel kaya ngerasain mendaki... kakak strong..

    BalasHapus
  4. naik pesawat apa kak ke batam?
    garuda? lion? sriwijaya?

    lalu naik ke gunung kerinci? naik apa?
    gojek? grab? atau apa?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ga boleh sebut merk kak wkwkwk
      PAKE KAKI LOHHHHH :))

      Hapus
  5. So serunya pertualangan ke gunung ya... Buat aku penasaran juga tapi bisa gak ya pakai kuda kaya ke bromo hahaha



    BalasHapus
    Balasan
    1. Manusia aja susah kak jalan di sana apalagi kuda wkwkw

      Hapus
  6. Aku selalu baper kalo baca cerita naik gunung, pengeennn kak. Tapi apa daya, aku ber-anak duluan, takdirnya naik gunung bareng anak nanti kali yak... Hehehhee

    BalasHapus
  7. Tulisan ini mengingatkanku masa-masa lajang dulu yang merasa gak pernah ada kendala dalam bertualang dan naik gunung. Tulisannya mengobati rindu keseruan mendaki gunung. Ntahlah ntah bisa mengulang naik gunung ntah gak... hahahaha ngos-ngosan....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Naik gunungnya bareng keluarga duhhh seruu pastinya!

      Hapus